4 Terlalu Sebagai Upaya Cegah Stunting

 


 

Empat Terlalu (4 Terlalu) merupakan salah satu strategi yang dicetuskan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) sebagai upaya pencegahan stunting. Sebagai informasi, bahwa stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan pada balita akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Penjelasan terkait stunting sebagai berikut:

1.    Stunting itu bukan penyakit, tetapi kondisi;

2.    Gagal pertumbuhan (lingkar kepala, tinggi dan berat badan) dan perkembangan (pengusaan kata, kemampuan merangkak, berjalan);

3.    Kurangnya asupan gizi, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial;

4.    Seribu Hari Pertama Kehidupan (1.000 HPK) meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi dilahirkan;

Berikut adalah ciri-ciri Balita Stunting:

1.    Tubuh Lebih Pendek

Balita bisa diketahui stunting apabila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya berada pada kisaran di bawah normal.

2.    Sering Sakit

Salah satu gejala stunting adalah menurunnya fungsi kekebalan tubuh akibat kurangnya nutrisi dalam waktu berkepanjangan. Anak yang punya kekebalan tubuh rendah akan lebih sering sakit yang biasanya disebabkan oleh penyakit infeksi seperti demam, muntah, dan diare.

3.    Menurunnya Kemampuan Kognitif

Stunting akan mengakibatkan kemampuan kognitif anak menurun, ditandai dengan IQ rendah bahkan dibawah rata-rata. Kemampuan kognitif yang menurun dapat dilihat dari adanya hambatan dalam perkembangan anak. Contoh anak belum mampu mengucap kata di usia 2 tahun, belum bisa makan sendiri di usia 1 tahun.

 

4.    Bertambah Gemuk

Stunting dapat menjadikan anak bertubuh kecil tapi terlihat gemuk karena berat yang rendah terdistribusi pada rangka tubuh yang lebih pendek. Seringkali orangtua menganggap anaknya sehat karena tampilan yang “chubby” padahal tampilan anak yang “tembem” adalah gejala kurang nutrisi.

Demikian ulasan tentang stunting yang harus segera diketahui lebih dini oleh para orangtua agar dapat segera ditangani oleh tenaga kesehatan.

Stunting merupakan salah satu dampak dari orangtua atau pasangan yang belum memahami tentang risiko 4 Terlalu. Berikut adalah penjelasan tentang risiko 4 Terlalu:

1.    Terlalu Muda (Hamil Di bawah Usia 21 tahun)

Usia ideal menikah pada perempuan yang dianjurkan oleh BKKBN yaitu 21 tahun, dan untuk laki-laki usia ideal menikah yaitu 25 tahun. Jika pasangan menikah dibawah usia ideal atau terlalu muda, maka berisiko melahirkan anak stunting. Dikarenakan belum siapnya kondisi rahim perempuan untuk hamil, tulang panggul perempuan yang berusia dibawah 21 tahun belum siap untuk proses melahirkan. Selain itu pertumbuhan tulang pada perempuan akan berhenti pada usia 21 tahun. Jika seorang perempuan hamil dibawah usia 21 tahun dikhawatirkan nutrisi terutama kalsium yang dikonsumsinya tidak maksimal terserap bagi janin, karena ibu masih membutuhkan nutrisi tersebut untuk pertumbuhan tulangnya. Hal ini tentu dapat berisiko anak lahir stunting. Kemudian kurangnya pemahaman pasangan usia muda dalam mempersiapkan kehamilan, karena yang menentukan janin dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dimulai dari 3 bulan sebelum menikah. Untuk itu sebuah pasangan harus memahami pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah agar terhindar dari risiko stunting. Kurangnya pemahaman pasangan usia muda tentang cara pengasuhan yang baik dan benar pada anak dapat menyebabkan anak berisiko stunting. Pengasuhan tidak hanya dilihat dari segi kesehatan saja tetapi juga pengasuhan yang dapat berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Terkadang pasangan usia muda yang belum stabil kondisi ekonominya, mentalnya, secara tidak langsung dapat memberikan dampak pengasuhan yang buruk pada anak. Anak menjadi tidak mau makan, lebih sering jajan makan-makanan yang tidak sehat, pola makan yang tidak teratur. Untuk itu bagi pasangan yang ingin menikah, perlu memperhatikan kesiapan baik dari segi fisik maupun mental dan juga usianya sehingga tidak menjadi keluarga yang berisiko stunting.

 

2.    Terlalu Tua (Hamil Di Atas Usia 35 tahun)

Melahirkan di atas usia 35 tahun akan mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Ibu rentan mengalami preeklampsia atau ketuban pecah dini. Kondisi tersebut dapat membuat bayi lahir prematur. Seperti diketahui, kelahiran prematur menjadi salah satu risiko stunting pada anak. Untuk itu, disarankan jika perempuan ingin hamil, tidak hamil di atas usia 35 tahun karena berisiko bagi kesehatan ibu maupun kesehatan bayinya.

 

3.    Terlalu Dekat (Jarak Kelahiran Satu dengan Kelahiran Berikutnya Kurang Dari 3 Tahun)

BKKBN menganjurkan jarak atau interval kelahiran dari anak yang satu dengan anak yang lainnya yaitu 3 tahun. Dengan jarak 3 tahun, orangtua terutama ibu dapat memberikan pengasuhan 1000 HPK sehingga anak terhindar dari risiko stunting. Pengasuhan 1000 HPK diantaranya anak mendapatkan ASI Eksklusif dan MPASI yang ditunjang dengan makan-makanan bergizi. Selain itu, rahim ibu dianggap sudah cukup siap apabila akan merencanakan kehamilan kembali. Banyak kasus yang ditemui seorang ibu masih menyusui anak tetapi sudah hamil lagi. Padahal ibu tersebut memerlukan waktu untuk meregenerasi sel-sel di dalam tubuhnya, termasuk mengisi kembali gizi yang hilang saat melahirkan anak. Pemenuhan nutrisi penting yang dibutuhkan anak pada 1000 HPK juga menjadi hal yang harus dilakukan untuk mencegah stunting. Jika jaraknya terlalu dekat kurang dari 3 tahun, maka dikhawatirkan anak tidak mendapatkan pengasuhan 1000 HPK sehingga menjadikan tumbuh kembang anak tidak optimal dan anak dapat berisiko stunting.

 

4.    Terlalu Banyak (1 Keluarga Memiliki Jumlah Anak Yang Dilahirkan Lebih Dari 3 Orang)

Jumlah anak ideal dalam satu keluarga adalah 2 orang anak. Jika lebih dari 2 orang anak maka akan berisiko pada kondisi pasca melahirkan seperti pendarahan pasca persalinan, robekan rahim, persalinan yang lama, dan juga tumbuh kembang anak yang kurang optimal. Jumlah anak yang tidak ideal atau lebih dari 2 dapat berisiko pada pola pengasuhan yang tidak maksimal diberikan kepada anak sehingga anak berisiko stunting. Misal seharusnya sang anak yang masih berusia 2 tahun butuh asupan gizi dan nutrisi yang baik namun tidak tercukupi begitu juga dengan pola makan anak menjadi tidak teratur karena ibu lebih fokus menjaga kondisi anak yang baru saja dilahirkan. Hal ini terjadi juga pada anak-anak yang lain jika dalam 1 keluarga memiliki jumlah anak yang tidak ideal.

Risiko 4 Terlalu perlu menjadi perhatian tidak hanya bagi PUS(pasangan usia subur) tetapi juga keluarga dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu bagi keluarga maupun masyarakat diharapkan untuk dapat saling mengingatkan, memberikan motivasi dan saran bagi pasangan usia subur (PUS) untuk menggunakan alat kontrasepsi sebagai pencegahan risiko 4 Terlalu yang menjadi salah satu penyebab anak lahir stunting. Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat sesuai dengan kondisi tubuh pasangan usia subur (PUS) tentu dapat mengurangi risiko kehamilan tidak diinginkan (KTD), kehamilan yang tidak direncanakan, sehingga dapat menekan risiko stunting dan meningkatkan derajat kesehatan bagi ibu dan juga anak.  Ibu akan mempunyai kesehatan reproduksi yang prima dan memiliki waktu yang cukup untuk merawat diri dan keluarga. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal, sehat, cerdas dan mempunyai peluang mendapatkan pendidikan yang lebih baik.(*)

Comments